Pengamat Nilai Klaim 6 dari 10 Warga Indonesia Miskin Keliru, Bukan Cerminan Kemiskinan Absolut
- Astri Astri
- 3 days ago
- 2 min read

KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA – Pengamat ekonomi dan perbankan dari Universitas Bina Nusantara (Binus), Doddy Ariefianto, menilai ada kesalahan dalam menafsirkan laporan Macro Poverty Outlook yang dirilis oleh Bank Dunia baru-baru ini. Laporan tersebut menyebutkan bahwa 60,3 persen penduduk Indonesia hidup dengan pengeluaran di bawah US$6,85 per hari, atau sekitar Rp108 ribu, sehingga memunculkan persepsi bahwa mayoritas warga Indonesia berada dalam kategori miskin.
Padahal, menurut Doddy, angka tersebut tidak merujuk pada kemiskinan absolut. Standar US$6,85 digunakan oleh Bank Dunia untuk mengukur kesejahteraan di negara berpendapatan menengah atas seperti Tiongkok. Ia sendiri lebih setuju jika Indonesia mengacu pada ambang US$3,65 per hari, yang merupakan standar untuk negara berpendapatan menengah bawah.
“Angka 60 persen itu sebenarnya kontroversial, karena dapat mengarah pada kesimpulan bahwa Indonesia adalah negara gagal. Padahal, kita tidak berada di titik itu dan semoga tidak akan pernah,” ujar Doddy pada Kamis (15/5).
Ia menekankan bahwa kemiskinan tidak semata-mata diukur dari besaran pengeluaran harian, tetapi juga mencakup akses terhadap kebutuhan dasar seperti pangan, kesehatan, dan pendidikan. Menurutnya, Indonesia telah memiliki beragam program perlindungan sosial yang kuat seperti bantuan langsung tunai (BLT), BPJS Kesehatan, serta subsidi lainnya.
“Percuma pendapatan US$10 per hari jika kebutuhan pokok seperti beras sulit dijangkau,” tegasnya.
Lebih jauh, Doddy menilai laporan tersebut justru menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami transisi menuju kelompok negara yang lebih sejahtera. Walau masih banyak tantangan, ia melihat arah kebijakan sudah tepat, dengan strategi yang berfokus pada pengentasan kemiskinan melalui bantuan sosial, penciptaan lapangan kerja, akses pendidikan dan kesehatan, serta program makan bergizi gratis di sekolah.
Doddy juga menambahkan bahwa Indonesia resmi naik kelas menjadi negara berpendapatan menengah pada tahun 2023. Karena itu, penggunaan standar US$3,65 per hari masih relevan untuk saat ini. Berdasarkan standar tersebut, tingkat kemiskinan Indonesia di tahun 2024 berada di angka 15,6 persen atau sekitar 44 juta orang, sementara kemiskinan ekstrem tinggal 1,3 persen.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2024 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin tercatat sebanyak 24,06 juta jiwa, menurun dari 25,22 juta jiwa pada Maret 2024. Hal ini memperlihatkan tren positif bahwa kesejahteraan masyarakat terus membaik.
Kesimpulannya, Doddy menegaskan bahwa klaim 6 dari 10 warga Indonesia miskin adalah tidak akurat. Angka tersebut hanya menunjukkan bahwa sebagian masyarakat belum mencapai standar konsumsi negara maju, bukan berarti mereka tergolong miskin dalam arti umum. -red
Foto: CNN.INDONESIA
Comments