9 hours ago1 min read



KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA – Negara-negara ASEAN tampaknya mencari beras premium Indonesia. Kementerian Perdagangan menyatakan bahwa beras lokal yang berkualitas tinggi saat ini menarik perhatian pasar regional. Ini adalah informasi yang diberikan oleh Fajarini Puntodewi, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, saat ditemui di Jakarta pada hari Kamis, 24 April 2025.
Fajarini menyatakan bahwa beras premium Indonesia tampaknya masih sangat diminati di ASEAN. Namun, dia akan memeriksanya lagi. Namun, jika tidak salah, masih sangat diminati di ASEAN.
Fajarini menyatakan bahwa Indonesia telah aktif mengekspor beras premium dan eksotis ke pasar regional. Dia tidak menjelaskan jumlah ekspor yang telah dilakukan, tetapi dia mengatakan, "Kan kalau beras premium, beras eksotis itu sih sudah. Memang kita sudah (ekspor)."
Pernyataan Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman beberapa waktu lalu menunjukkan ketertarikan negara lain terhadap beras Indonesia. Ia mengatakan bahwa Malaysia ingin mengimpor beras dari Indonesia karena harga beras melonjak dan stok beras yang terbatas di negara tetangga.
Namun demikian, Amran menegaskan bahwa pemerintah Indonesia saat ini terus memprioritaskan ketahanan pangan nasional dan memastikan stok dalam negeri aman.
Kami menerima permintaan beras dari Malaysia. Namun, untuk sementara waktu, kita harus terlebih dahulu menjaga ketersediaan dan keamanan stok domestik. Amran menyatakan dalam keterangan tertulis bahwa ketahanan pangan nasional adalah prioritas utama. Setelah itu tercapai, baru kita dapat mempertimbangkan dukungan lebih lanjut kepada negara sahabat.
Di sisi lain, produksi beras di dalam negeri sedang menunjukkan tren yang positif. Produksi beras total diperkirakan meningkat 12,4% dari tahun sebelumnya, mencapai 16,62 juta ton dari Januari hingga Mei 2025, menurut perkiraan dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Dalam pernyataan tertulisnya pada Selasa, 8 April 2025, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS MHabibullah menyatakan bahwa produksi beras diperkirakan akan mencapai 16,62 juta ton dari Januari hingga Mei 2025, mengalami peningkatan sebesar 1,83 juta ton atau 12,40% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022.
Produksi beras diperkirakan mencapai 13,14 juta ton dari Maret hingga Mei, naik hampir 5% dari periode yang sama tahun sebelumnya, terutama di Pulau Jawa.
Produksi padi secara keseluruhan diperkirakan menyentuh 28,85 juta ton gabah kering giling (GKG) dari Januari hingga Mei 2025, atau naik 3,18 juta ton dari periode yang sama tahun 2024, dengan potensi panen padi pada Maret hingga Mei 2025 mencapai 4,30 juta hektare, naik 5,53% dari tahun sebelumnya.
Namun, BPS mengingatkan bahwa angka ini masih merupakan angka potensial; kondisi cuaca dan pertanaman dalam beberapa bulan ke depan akan sangat menentukan apakah produksi benar-benar akan mencapai tingkat yang diinginkan.
Presiden Prabowo Subianto sebelumnya menyatakan bahwa produksi beras Indonesia telah meningkat pesat dalam tiga hingga empat bulan terakhir. Mentan Amran Sulaiman bahkan memberi tahu Kepala Negara bahwa negara lain telah menunjukkan minat untuk membeli beras yang diproduksi Indonesia.
Dengan mempertimbangkan bahwa produksi kita sudah cukup. Beberapa negara telah mulai mendekati kami. Saat meluncurkan Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) di Banyuasin, Sumatra Selatan, Rabu (23/4/2025), Prabowo berkata, "Saya dapat laporan dari Menteri Pertanian, Menko Pangan beberapa negara minta agar kita kirim beras ke mereka."
Saya memberikan izin dan perintah untuk mengirimkan beras ke mereka, dan kalau perlu sekarang, kita harus menghindari keuntungan yang berlebihan, karena yang penting adalah biaya produksi, angkutan, dan administrasi kembali.
Menurut The Malaysian Reserve, sektor perkerasan Malaysia saat ini berada di bawah tekanan yang signifikan. Negara ini terjebak antara ketergantungan impor yang terus meningkat, penurunan hasil panen lokal, dan masalah struktural yang menghambat upaya negara untuk mencapai swasembada.
Pemerintah Malaysia menargetkan rasio swasembada beras (SSR) sebesar 75% pada tahun 2025, tetapi banyak orang percaya itu jauh dari jangkauan. SSR turun menjadi 56,2% pada tahun 2023, turun 6,4% dari tahun sebelumnya. Bahkan BIMB Securities menganggap tujuan tersebut tidak mungkin dicapai.
Alih fungsi lahan, tanah yang semakin rusak, sistem irigasi yang kuno, dan demografi petani yang menua adalah beberapa masalah yang menyebabkan penurunan rasio swasembada beras Malaysia. Sebaliknya, lebih dari 10.430 hektar sawah telah hancur akibat perubahan iklim ekstrim, yang telah mengganggu pola tanam.
Dilaporkan bahwa petani Malaysia juga menghadapi masalah seperti hama kumbang, ulat grayak, dan gulma, yang menurunkan produktivitas. Meskipun pemerintah telah menaikkan harga minimum padi menjadi RM1.800 per ton dan memberikan subsidi, margin keuntungan tetap rendah.
Mario Valeriano, direktur IADA Barat Laut Selangor, menjelaskan, "Dengan subsidi RM500 per ton di bawah Skema Subsidi Harga Padi (SSHP), petani dijamin memperoleh pendapatan minimum RM2.000 per ton."
Namun, ia menegaskan bahwa pemerintah belum mencapai akar masalah, seperti reformasi industri beras secara menyeluruh dan peningkatan infrastruktur.
Malaysia menargetkan SSR 80% pada tahun 2030. Valeriano menekankan bahwa tujuan ini hanya dapat dicapai jika infrastruktur irigasi diperbaiki secara signifikan, strategi pengelolaan sumber daya, dan adaptasi terhadap iklim ekstrem.-red
Foto : CNBC INDONESIA








Comments