Menag RI di AS: Toleransi Bukan Menyamakan Agama, Tapi Menghargai Perbedaan
- Astri Astri
- 2 days ago
- 2 min read

KALTENG NETWORK, PALANGKARAYA — Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, menyampaikan visi Indonesia sebagai panutan dalam membangun dialog antaragama, menciptakan perdamaian, serta menegakkan keadilan sosial di forum internasional yang berlangsung di Georgetown University, Amerika Serikat, pada Selasa, 20 Mei 2025. Forum ini diselenggarakan oleh School of Foreign Service Institute for the Study of Diplomacy bersama Alwaleed Center for Muslim-Christian Understanding.
1. Agama sebagai Pilar Kebhinekaan dan Stabilitas Politik
Nasaruddin menegaskan bahwa Indonesia, yang memiliki lebih dari 700 bahasa, 1.300 suku bangsa, enam agama resmi, dan ratusan kepercayaan lokal, menjadikan agama bukan hanya sebagai identitas spiritual, melainkan juga fondasi sosial dan politik. Ia menyebut bahwa setiap kebijakan strategis di Indonesia selalu mempertimbangkan nilai-nilai keagamaan.Ia menambahkan bahwa kebebasan beragama dijamin konstitusi, namun harus dijalankan dengan rasa tanggung jawab dan saling menghargai antarumat, sebagai wujud moderasi beragama di Indonesia.
2. "Curriculum of Love": Pendidikan Moderasi di Sekolah
Salah satu terobosan Kementerian Agama adalah pengembangan kurikulum berbasis cinta kasih, atau Curriculum of Love, yang menanamkan nilai toleransi, nasionalisme, dan penghargaan terhadap perbedaan sejak di bangku sekolah.Menurut Nasaruddin, menjadi religius berarti juga menjadi warga negara yang baik. Toleransi bukan menyamakan semua keyakinan, melainkan menghormati perbedaan serta membiarkan tiap individu menjalankan imannya secara merdeka. Ia juga menekankan pentingnya melestarikan budaya lokal sebagai bagian dari keberagaman hidup yang dinamis.
3. Komitmen Indonesia terhadap Kesetaraan Gender
Dalam pidatonya, Nasaruddin menegaskan bahwa Indonesia mendorong kesetaraan gender melalui pendekatan berbasis agama, terutama dalam akses pendidikan dan politik bagi perempuan. Sekitar 25 persen lembaga pendidikan di Indonesia dikelola oleh institusi keagamaan, yang berperan besar dalam pemberdayaan perempuan.
4. Ekoteologi: Lingkungan sebagai Ibadah
Menag turut mengenalkan konsep ekoteologi, yakni pandangan bahwa merawat lingkungan adalah bagian dari ibadah. Ia menyebut bahwa krisis lingkungan tidak hanya disebabkan oleh teknologi, tetapi juga oleh pola pikir manusia terhadap alam.Ia mengajak masyarakat menanam pohon sebagai bentuk cinta pada Tuhan dan ciptaan-Nya. Kementerian Agama bahkan telah menginisiasi gerakan penanaman pohon di sekolah, kantor, dan rumah ibadah guna menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini.
5. Ajakan Kolaborasi Antariman
Menutup pidatonya, Nasaruddin mengutip Surat Al-Baqarah ayat 62, yang menegaskan bahwa keselamatan tidak hanya milik umat Islam, tetapi juga siapa saja yang beriman dan berbuat baik, termasuk penganut agama lain.Ia mengajak seluruh pemeluk agama Abrahamik untuk bersatu dalam menciptakan dunia yang damai dan lebih baik. -red
Foto: IDN.Times
Comments