top of page

400 Seniman Inggris Desak PM Lindungi Hak Cipta dari Ancaman AI


Grup Musik Coldplay
Grup Musik Coldplay

KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA - Sebanyak 400 musisi dan seniman asal Inggris, termasuk nama-nama besar seperti Dua Lipa, Coldplay, Sir Paul McCartney, Sir Elton John, Sir Ian McKellen, dan Florence Welch, mendesak Perdana Menteri Inggris, Sir Keir Starmer, untuk memperbarui undang-undang hak cipta agar dapat melindungi karya kreatif dari eksploitasi teknologi kecerdasan buatan (AI).


Melalui surat terbuka yang mereka tandatangani, para seniman menilai lemahnya perlindungan hak cipta saat ini sama saja dengan menyerahkan karya seni mereka kepada perusahaan teknologi AI. Mereka khawatir hal ini akan mengancam posisi Inggris sebagai pusat industri kreatif dunia.


Para kreator ini meminta dukungan pemerintah terhadap amandemen dalam RUU Data (Penggunaan dan Akses), yang mengharuskan pengembang AI transparan kepada pemilik hak cipta ketika menggunakan karya mereka sebagai bahan pelatihan sistem AI. Pemerintah menanggapi dengan mengatakan bahwa perubahan hanya akan dilakukan jika terbukti memberikan manfaat bagi para kreator.


Selain musisi, penulis Kazuo Ishiguro, penyanyi Kate Bush, dan aktor Richard Curtis turut mendukung seruan ini. Paul McCartney, yang juga ikut menandatangani surat tersebut, menyatakan kekhawatirannya terhadap kemampuan AI meniru seniman tanpa izin atau lisensi yang sah.


Amandemen yang diusulkan oleh Baroness Beeban Kidron di House of Lords pada 12 Mei 2025 bertujuan menciptakan sistem lisensi yang adil, sekaligus mewajibkan transparansi pengembang AI terhadap karya yang mereka gunakan. Kidron menekankan pentingnya aturan ini demi menjaga posisi Inggris dalam rantai pasokan AI global.


Namun, tidak semua pihak setuju. Julia Willemyns dari Centre for British Progress berpendapat bahwa kebijakan tersebut justru akan menghambat inovasi dan mendorong pengembangan AI ke luar negeri, yang berpotensi merugikan ekonomi Inggris.


Surat ini muncul di tengah maraknya kekhawatiran soal penggunaan data karya berhak cipta oleh sistem AI generatif seperti ChatGPT, Gemini, Copilot, dan Meta AI. Pada Februari 2025, sejumlah artis bahkan merilis album bisu sebagai bentuk protes terhadap usulan perubahan UU hak cipta.


Pemerintah Inggris masih meninjau respons terhadap usulan ini, sambil menyusun laporan dampak ekonomi dari kebijakan yang akan diambil. -red


Foto: KUMPARAN


Comments


bottom of page