top of page

Peringatan Hari Buruh di Semarang Berujung Bentrok: Polisi Lepaskan Gas Air Mata, Mahasiswa Terluka


Ilustrasi. Aksi demo buruh di Semarang ricuh saat peringatan May Day.
Ilustrasi. Aksi demo buruh di Semarang ricuh saat peringatan May Day.

KALTENG NETWORK, PALANGKA RAYA – Aksi demonstrasi buruh dalam rangka peringatan Hari Buruh (May Day) di Kota Semarang berubah ricuh pada Rabu (1/5). Insiden terjadi saat sekelompok massa berpakaian hitam dan memakai masker mencoba masuk ke Gedung Gubernur Jawa Tengah sekitar pukul 16.25 WIB.


Kerusuhan terjadi setelah kelompok tersebut merusak pagar tanaman di kawasan Jalan Pahlawan, Kelurahan Mugassari, Semarang Selatan, bahkan membakarnya. Polisi yang berjaga berusaha menghalau mereka dan bentrokan pun tak terhindarkan.


Puncak ketegangan terjadi sekitar pukul 17.30 WIB, ketika personel Brimob melepaskan gas air mata untuk membubarkan massa. Suara petasan terdengar dari arah kelompok berpakaian hitam. Aparat mulai menyisir area sekitar Kantor Gubernur hingga wilayah Kampus Universitas Diponegoro Pleburan.


Beberapa peserta aksi, termasuk mahasiswa, ditangkap dan dibawa ke Kantor Dinas Sosial Jateng. Salah satu mahasiswa mengalami luka di kepala dan tangan. Ia mengaku dipukul saat berusaha mempertahankan ponselnya dari aparat.

Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Arianto, menyatakan pihaknya mengamankan belasan orang, yang diduga berasal dari kelompok anarko yang menyusup dalam aksi mahasiswa dan buruh.


“Mereka melakukan pembakaran dan pelemparan, sehingga kami terpaksa membubarkan secara tegas,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa tindakan aparat sesuai prosedur (SOP) untuk menjaga keamanan.


Kapolrestabes Semarang, Kombes M. Syahduddi, membenarkan pembubaran massa dilakukan dengan kendaraan pengurai dan mendorong peserta aksi agar situasi tetap kondusif. Namun ia belum bisa memastikan jumlah orang yang diamankan.


Terkait adanya dua wartawan yang turut ditangkap, Syahduddi mengaku belum mengetahui informasi tersebut. Salah satunya adalah Jamal Abdun Nashr, jurnalis Tempo, yang mengaku dipiting, dibanting, dan diminta menghapus video penangkapan mahasiswa oleh polisi meski telah menunjukkan kartu pers.


“Saya sempat dokumentasikan penangkapan mahasiswa karena caranya tidak manusiawi. Polisi minta HP saya dan videonya dihapus,” ujar Jamal. Ia berhasil keluar setelah dibantu rekan-rekan jurnalis lainnya.


Di sisi lain, LBH Semarang menyebut sekitar 18 mahasiswa ditahan dan beberapa dilarikan ke rumah sakit akibat bentrokan. Pihak LBH juga membantah tudingan bahwa mereka adalah bagian dari kelompok anarko.


“Mahasiswa hanya ikut menyuarakan aspirasi bersama buruh, tuduhan itu tidak benar. Bahkan motor peserta aksi pun disita tanpa kejelasan,” jelas pengacara publik LBH Semarang, M. Safali.


Ia menyerukan solidaritas publik untuk mendukung pembebasan para mahasiswa dan mendampingi proses hukum mereka. -red

Comments


bottom of page